Minggu, 19 April 2009

ELEMEN DAN SIMBOL GAMBAR BANGUNAN

Salah satu dasar untuk merencanakan bangunan adalah mengenal serta memahami arti elemen dan simbol-simbol gambar bangunan sehingga dapat membaca gambar bangunan dengan baik dan benar.
Elemen dan simbol gambar bangunan jumlahnya cukup banyak dan selalu berkembang sesuai dengan penemuan serta penggunaan elemen/komponen bangunan baru.
Pembahasan ini dibatasi pada elemen-elemen pokok dan simbol-simbol yang penting sebagai dasar untuk membaca gambar bangunan yang sederhana.
Elemen pokok bangunan rumah tinggal
  1. Pondasi (foundation)
  2. Lantai (floor)
  3. Kolom/tiang (stud column)
  4. Dinding (wall)
  5. Pintu dan jendela (door and window)
  6. Langit-langit (ceiling)
  7. Rangka atap (roof frame)

1. Pondasi (foundation)

Pondasi merupakan landasan berpijak bangunan diatas tanah. Pondasi ini dibutuhkan, karena pada umumnya daya dukung tanah tidak cukup kuat untuk memikul beban bangunan yang berdiri diatasnya. Maka pondasi itu merupakan perbaikan tanah, sehingga memiliki daya dukung yang cukup kuat untuk memikul beban bangunan di atasnya.

Pada umumnya pondasi terletak di bawah permukaan tanah pada kedalaman tertentu, sebab tanah pada bagian bawah lebih keras dan padat, sehingga memiliki daya dukung yang lebih besar. Juga pengaruh iklim terhadap tanah (muai dan susut) pada bagian bawah relatif kecil.

Dalam dan besarnya pondasi tidak selalu sama di setiap tempat, karena kedalaman dan besar pondasi tergantung dari daya dukung tanah setempat serta besarnya beban bangunan yang di pikul.

Secara garis besar pondasi untuk rumah tinggal dapat di bagi atas dua jenis, yaitu pondasi untuk tanah lembek dan pondasi untuk tanah keras, dengan berbagai tipe untuk setiap jenis.

2. Lantai (floor)

Lantai merupakan penutup permukaan tanah di dalam atau di luar bangunan (teras, rabat). Lantai harus di buat dengan konstruksi kedap air, sehingga air tanah tidak membasahi permukaan lantai dan cukup kuat memikul beban diatasnya.

Lantai di dalam rumah minimal 20 cm kebih tinggi dari permukaan tanah pekarangan yang tertinggi. Jika permukaan tanah pekarangan lebih rendah dari permukaan jalan maka lantai bangunan harus di buat minimal 20 cm lebih tinggi dari permukaan jalan. Hal ini di maksudkan agar air hujan tidak memasuki ruangan.

Dalam teknis pemasangan lantai, kondisi tanah harus diperbaiki lebih dahulu dengan cara pemadatan (ditumbuk dan disiram air) dan di beri lapisan pasir minimal 15 cm sebelum di pasang lantai. Perbaikan kondisi tanah tersebut dimaksudkan agar lantai memiliki landasan yang kuat, supaya tidak pecah atau turun dan mencegah naiknya air tanah yang dapat membasahi permukaan lantai.

3. Kolom/tiang (stud culomn)

Kolom berfungsi sebagai pengikat dinding bangunan agar tidak goyah dan sebagai penunjang beban bangunan di atasnya. Menurut persyaratan yang ditentukan, kolom harus cukup kuat untuk memikul beban sendiri, gaya-gaya dan momen-momen yang di akibatkan oleh konstruksi yang di pikul.

Ukuran luas penampang kolom ditentukan oleh beban yang dipikul dan kekuatan bahan yang dipergunakan sebagai kolom. Luas penampang kolom untuk tiap jenis bahan yang digunakan minimal mampu memikul beban tanpa perubahan (melengkung, bengkok), sehingga beban yang dipikul dapat diteruskan dengan baik ke pondasi.

4. Dinding (wall)

Dinding merupakan pembatas rumah terhadap halaman dan juga sebagai pembatas antara ruangan didalam rumah. Untuk dinding luar bangunan di Indonesia, harus dibuat dari bahan yang mampu menyekat panas dengan baik dan tahan terhadap air hujan mengingat kondisi iklim yang ada. Konstruksi dinding minimal mampu memikul beban sendiri dan beban angin. Jika dinding juga merupakan pemikul konstruksi di atasnya, maka dinding harus mampu memikul beban tersebut.

Dalam segi teknis perlu diperhatikan bahwa dinding harus terpisah dari pondasi dengan lapisan kedap air (semen ram) minimal 15 cm dibawah permukaan tanah dan 20 cm di atas permukaan lantai. Hal ini dimaksudkan agar air tanah tidak meresap ke atas yang mengakibatkan dinding basah dan berjamur.

5. Pintu dan jendela (door and window)

Pintu dan jendela merupakan pembukaan pada dinding bangunan. Pintu berfungsi sebagai jalan keluar dan masuk ke dalam ruangan, jendela sebagai jalan keluar masuk udara dan sinar matahari ke dalam ruangan.

  • Pintu (door)

Oleh karena karena pintu merupakan jalan keluar masuk ruangan, maka pintu direncanakan dengan ukuran yang sesuai dengan fungsi ruangan masing-masing, dengan ukuran standar sebagai berikut :

-Pintu utama : lebar minimal 90 cm dan tinggi 200 cm.

-Pintu ruang-ruang utama : lebar minimal 80 cm dan tinggi 200 cm.

-Pintu kamar mandi/WC : lebar minimal 70 cm dan tinggi 190 cm.

Konstruksi pintu direncanakan sedemikian rupa, sehingga cukup kuat dan aman. Pada ruang-ruang yang bersifat umum, pintu dapat dibuat dari bahan yang tembus pandang, misalnya kaca, sehingga pintu dapat meneruskan sinar kedalam ruangan, sedangkan pada ruang-ruang yang bersifat pribadi, seperti kamar mandi/WC atau kamar tidur, sebaiknya dibuat dari bahan yang masif tidak tembus pandang. Khusus untuk kamar mandi, sebaiknya dibuat dari bahan water proof, misalnya formika atau logam, karena sering kena percikan air.

  • Jendela (window)

Jendela diperlukan untuk lubang cahaya agar sinar matahari dapat secara langsung menyinari ruangan, dan juga diperlukan sebagai ventilasi untuk pertukaran udara di dalam ruangan. Menurut peraturan, setiap ruangan harus memiliki jendela sebagai lubang cahaya dan pertukaran udara dengan minimal luas lubang jendela tanpa rintangan adalah sepersepuluh dari luas lantai ruangan dan sepersepuluh bagian dapat terbuka, dengan bentuk jendela meluas ke arah atas sampai sekurang-kurangnya 195 cm dari lantai.

Jika dinding ruangan tidak memungkinkan di buat jendela, maka harus dibuat lubang cahaya pada langit-langit dan ventilasi buatan, atau dengan cara penerangan listrik (lampu) secara minimal tiap ruangan kerja memiliki nilai penerangan 50 lux dan 20 lux untuk gang dan lain-lain.

6. Langit-langit (ceiling)

Langit-langit merupakan pembatas tinggi ruangan, penutup kerangka atap bagian bawah, dan yang terpenting merupakan penyekat panas.

Dengan adanya langit-langit dibawah rangka atap, maka terbentuk rongga (ruang) tertutup di atas ruangan. Rongga di dalamnya itu merupakan isolator yang baik, jika bahan langit-langit dibuat dari bahan yang tidak meneruskan panas.

Bentuk langit-langit dapat dibuat datar sejajar dengan lantai atau miring sejajar dengan sudut miring rangka atap atau dengan variasi tinggi rendah. Bentuk langit-langit dapat mempengaruhi kesan dan bentuk ruangan, serta kemampuannya menyekat panas. Misalnya, langi-langit datar akan membentuk rongga atap yang lebih besar dari langit-langit miring, maka langit-langit datar dapat menyekat panas lebih baik.

Menurut peraturan tinggi langit-langit datar minimal 240 cm, terkecuali untuk :

  1. Langit-langit miring, dengan syarat minimal 1/2 dari luas ruang memiliki langit-langit setinggi 240 cm dan tinggi selebihnya dengan titik terendah minimal 175 cm.
  2. Langit-langit pada kamar mandi, ruanga cuci, dan WC yang boleh dibuat lebih rendah dengan minimal 210 cm.

7. Rangka atap (roof-frame)

Rangka atap adalah suatu bentuk konstruksi yang berfungsi sebagai penopang, penyangga, dan dasar landasan penutup atap. Rangka atap untuk rumah tinggal pada umumnya dibuat dari bahan kayu yang cukup kuat.

Bagian-bagian pokok rangka atap dengan menggunakan penutup atap genteng dan sejenisnya (atap konvensional) terdiri dari :

  1. Kuda-kuda
  2. Balok tembok
  3. Gording
  4. Nok (bubungan)
  5. Jure (hip atau valley)
  6. Usuk (kaso)
  7. Reng
  8. Papan suri
  9. Papan talang
  10. Lisplang
  11. Balok pincang
  12. Ikatan angin

Funsi-funsi bagian-bagian tersebut diatas adalah sebagai berikut :

1. Kuda-kuda

Kuda-kuda merupakan kerangka utama yang memikul hampir semua beban atap, karena diatas kuda-kuda terpasang bagian rangka atap yang lain. Selain memikul beban sendiri dan beban kerangka atap yang lain, kuda-kuda juga memikul beban yang tak tetap, seperti angin dan air hujan yang merupakan beban yang cukup besar. Oleh karena itu konstruksi kuda-kuda direncanakan untuk memikul seluruh beban, gaya, dan momen yang terjadi.

Letak kekuatan kuda-kuda bukan semata-mata ditentukan oleh besarnya balok kayu yang digunakan, akan tetapi juga tergantung pada bentuk dan struktur kuda-kuda itu sendiri. Pada prinsipnya kuda-kuda harus dapat membagi dan mengarahkan beban yang dipikul pada bagian yang telah ditentukan.

2. Balok tembok

Balok tembok merupakan gording yang terletak di atas dinding (tembok) luar. Balok tembok ini berfungsi sebagai landasan pemasangan kaso dan sebagai pengikat kaki kuda-kuda agar berada pada posisi yang tetap.

3. Nok (bubungan)

Balok nok terletak pada puncak kuda-kuda, berfungsi sebagai landasan pemasangan usuk, serta penghubung, dan pengikat antara satu kuda-kuda dengan kuda-kuda yang lain. Oleh karena balok nok berada pada puncak kuda-kuda yang merupakan pertemuan kedua penutup atap (genteng) dari kedua sisi atap, maka nok juga merupakan landasan penutup kedua sisi atap. Penutup pertemuan sisi atap itu berupa genteng nok yang berbentuk seperti huruf U atau V.

4. Gording

Gording merupakan suatu balok yang dipasang melintang pada sisi miring kuda-kuda, dan berfungsi untuk dasar peletakan kaso (usuk).

Jarak pemasangan gording pada sisi miring kuda-kuda maksimal 300 cm dari satu gording ke gording yang lain, sedangkan gording untuk atap asbes gelombang dipasang dengan jarak maksimal 120 cm, karena gording juga langsung berfungsi sebagai landasan pemasangan asbes gelombang.

5. Jure (hip atau valley)

Jure merupakan balok yang dipasang dengan posisi miring dari sudut dinding bangunan ke arah puncak kuda-kuda (nok). Jure luar (hip) dipasang pada sudut dinding yang berdiri bebas, sedangkan jure dalam (valley) dipasang pada sudut pertemuan dua bidang dinding bangunan, misalnya pada sudut pertemuan usuk dari kedua sisi miring atap dan landasan penutup pertemuan atap (genteng nok), sedangkan jure dalam (valley) berfungsi sebagai landasan papan talang, karena jure dalam (valley) berbentuk alur yang dapat menjadi parit untuk mengalirkan air hujan dari kedua sisi atap.

6. Usuk (kaso)

Usuk atau kaso berupa balok kayu dengan ukuran penampang yang kecil. Usuk dipasang melintang di atas gording dari nok sampai balok tembok (gording paling bawah), dan menjorok ke luar kurang lebih 100 cm sebagai teritis atap. Usuk merupakan landasan pemasangan reng yang terdapat di atasnya.

Jarak pemasangan usuk maksimal 50 cm, sedangkan untuk jenis genteng beton yang berat disesuaikan dengan berat genteng yang dipergunakan.

7. Reng

Reng merupakan ukuran kayu terkecil pada konstruksi rangka atap. Reng dipasang melintang di atas usuk sejajar dengan gording sebagai landasan pemasangan genteng.

Jarak pemasangan reng tergantung dari ukuran genteng yang akan digunakan, tetapi rata-rata antara 17 sampai dengan 20 cm.

8. Papan suri

Papan suri adalah papan yang dipasang tegak di atas balok nok dan di atas jure luar. Papan suri ini berfungsi sebagai gigi atau pegangan adukan perekat (semen pasir) yang digunakan untuk pemasangan genteng nok yang menutup pertemuan atap dari kedua sisi.

Pemasangan genteng nok itu harus dilakukan dengan teliti, sebab bagian ini sering menjadi sumber kebocoran pada atap rumah.

9. Papan talang

Papan talang adalah papan yang dipasang di atas kaso pada bagian bawah sisi miring atap dan pada jure dalam. Papan talang ini berfungsi sebagai landasan seng talang yang dipasang di atasnya.

Papan talang ini diperlukan agar seng talang cukup kuat menampung beban air hujan dan jika terinjak kaki orang, tidak rusak atau masuk ke dalam. Selain itu papan talang ini di buat agar seng talang mempunyai permukaan yang rata dan dapat di atur dengan kemiringan tertentu, sehingga air dapat mengalir dengan lancar.

10. Lisplang

Lisplang merupakan pengakhir (tepian) bidang atap. Selain berfungsi sebagai penutup konstruksi atap (talang, usuk dal lain-lain) juga dapat menjadi unsur dekorasi bangunan. Oleh karena itu lisplang dapat di buat dengan berbagai variasi bentuk dan ukuran, sehingga menimbulkan kesan yang menarik.

11. Balok pincang

Balok pincang adalah balok yang dipasang melintang di atas dua buah dinding sudut bangunan. Jika di lihat dari atas, kedua sisi dinding dan balok pincang itu berbentuk segi tiga. Balok pincang ini berfungsi sebagai landasan tiang pincang dan sebagai penunjang untuk memperkuat jure luar. Dengan demikian balok pincang dan tiang pincang ini merupakan kuda-kuda kecil yang berfungsi untuk meneruskan beban yang diterima jure luar.

12. Ikatan angin

Agar kuda-kuda dapat berfungsi dengan sempurna, maka kuda-kuda harus berdiri tegak lurus dan tepat pada posisinya. Mengingat kuda-kuda yang berbentuk segi tiga, maka dengan bentuk demikian kecil kemungkinannya kuda-kuda dapat miring atau condong ke salah satu sisi miring kuda-kuda. Akan tetapi kuda-kuda yang satu dengan kuda-kuda lain berdiri bebas dengan tumpuan yang kecil pada titik-titik tertentu. Oleh karena itu, agar kuda-kuda yang satu dan lainnya tetap berdiri tegak dan sejajar, perlu ada pengikat.

Pengikat itu menjaga posisi kuda-kuda agar tetap berdiri tegak dan sejajar ini adalah ikatan balok angin. Balok tersebut dipasang dengan posisi miring dari tiang tengah kuda-kuda (makelar) bagian atas tiang tengah kuda-kuda yang lain pada bagian bawah. Ada dua balok ikatan angin dari satu kuda-kuda dengan kuda-kuda yang lain yang dipasang berlawanan.

Tidak ada komentar:

Referensi Buku

  • Dasar Perencanaan Rumah Tinggal by Tutu TW. Surowiyono