Minggu, 26 April 2009

BALOK PINCANG

Balok pincang adalah balok yang dipasang melintang diatas dua buah dinding sudut bangunan. Jika dilihat dari atas, kedua sisi dinding dan balok pincang itu berbentuk segi tiga. Balok pincang ini berfungsi sebagai landasan tiang pincang dan sebagai penunjang untuk memperkuat jure luar. Dengan demikian balok pincang dan tiang pincang ini merupakan kuda-kuda kecil yang berfungsi untuk meneruskan beban yang diterima jure luar.

RUMAH TINGGAL RENGGANG atau LEPAS

Bentuk rumah renggang adalah bangunan dengan bangunan induk terlepas atau tidak berhimpit dengan batas pekarangan, sekalipun bangunan turutan (pelengkap) boleh dibangun rapat dengan batas pekarangan pada posisi (tempat) yang ditentukan.

Walaupun bangunan turutan boleh dibangun rapat dengan batas pekarangan, namun bentuk bangunan secara keseluruhan harus tetap menampilkan kesan renggang atau terlepas dari bangunan yang ada disampingnya. Untuk mendapatkan kesan renggang diatur dengan peraturan dan persyaratan yang berlaku pada pekarangan setempat. Misalnya, tinggi bangunan turutan tidak boleh lebih tinggi atau sama dengan tinggi bangunan induk, bentuk atap tidak boleh menimbulkan kesan menerus atau rapat dengan bangunan disampingnya, bentuk atap harus direncanakan sedemikian rupa sehingga menampilkan kesan renggang, umpamanya, dengan bentuk atap perisai.

RUMAH GANDENG atau KOPEL

Bentuk rumah gandeng adalah bentuk bangunan yang bergandeng antara satu dan lainnya pada salah satu batas pekarangan, sedangkan pada sisi batas pekarangan yang lain bangunan harus terpisah dengan jarak tertentu sesuai dengan peraturan setempat.

Penampilan bangunan gandeng sama dan sebangun (simetris) antara satu dan lainnya. Oleh karena itu, denah lantai dasar dan tampak muka berbentuk sama.

RUMAH RAPAT DEMPET

Rumah rapat dempet adalah bentuk bangunan rumah dengan bangunan induk dan bangunan turutan diperkenankan rapat dengan batas pekarangan samping. Penampilan bentuk bangunan rapat justru harus menampilkan kesan rapat. Oleh karena itu bentuk atap direncanakan sedemikian rupa, sehingga menampilkan kesan rapat. Misalnya, dengan menggunakan bentuk atap pelana dengan posisi memanjang sejajar garis bangunan, sedangkan sisi miring atap yang membentuk sudut miring atap dipasang dengan posisi dari depan ke arah belakang pekarangan.

Kemiringan sudut atap diatur sedemikian rupa, agar serasi dengan tinggi bangunan yang ada disampingnya. Tetapi sudut kemiringan atap memenuhi persyaratan bahan penutup atap yang dipergunakan, supaya tidak bocor. Selain itu tinggi rendahnya atap dan lisplang pada bagian muka rumah dibuat dengan variasi tinggi rendah yang baik untuk menghilangkan kesan menyatu dengan bangunan disampingnya seperti bangunan gandeng atau deret.

RUMAH RAPAT DERET

Rumah rapat deret hampir sama halnya dengan bangunan gandeng dua atau kopel. Bedanya, pada bangunan rapat deret bangunan induk dapat berimpit pada kedua batas pekarangan sisi, dengan ketentuan maksimal panjang bangunan rapat deret tidak boleh lebih dari 40 meter.

Bentuk bangunan rapat deret termasuk dalam jenis bangunan GKP dan GKW yang sering dipergunakan sebagai bangunan toko atau ruang usaha. Pada jenis bangunan seringkali garis sempadan bangunan GSB dan garis sempadan jalan GSJ berimpit menjadi satu garis.

Dapat disimpulkan bahwa jenis bangunan tersebut seringkali tidak memiliki halaman depan. Oleh karena itu pada bangunan rapat dempet yang dipergunakan sebagai rumah tinggal, perlu diperhatikan pembukaan (pintu/jendela) yang terdapat pada bagian depan dan harus direncanakan dengan baik untuk menjamin keamanan, sebab rumah tersebut berhubungan langsung dengan jalanan umum.

GARIS SEMPADAN BANGUNAN

Garis-garis bangunan adalah persyaratan yang ditentukan untuk mengatur posisi letak bangunan di atas suatu pekarangan yang telah ditetapkan ukuran dan jenis perpetakannya (persil), Yaitu :

1. Garis sempadan jalan.
2. Garis sempadan bangunan.
3. Garis jarak bebas samping.
4. Garis jarak bebas belakang.

GARIS SEMPADAN JALAN

Garis sepandan jalan (GSJ) adalah garis batas pekarangan terdepan. GSJ merupakan batas terdepan pagar halaman yang boleh didirikan. Oleh karana itu biasanya di muka GSJ terdapat jalur untuk instalasi listrik, air, gas serta saluran-saluran pembuangan.

Pada GSJ tidak boleh didirikan bangunan rumah, kecuali jika GSJ terletak berimpit dengan garis sempadan bangunan (GSB) seperti pada jenis bangunan GKW.

Adanya GSJ ini dimaksudkan untuk mengatur lingkungan, agar menjadi lingkungan yang baik dan teratur dengan berbagai pertimbangan segi arsitektonis.

GARIS SEMPADAN BANGUNAN

Garis sempadan bangunan (GSB) merupakan batas bangunan terdepan pada suatu persil tanah. Panjang jarak antara GSB dengan GSJ ditentukan oleh persyaratan yang berlaku untuk masing-masing jenis bangunan dan letak persil tanah setempat.

Adanya gasir sempadan bangunan (GSB) tersebut dimaksudkan :

1. Untuk memungkinkan rumah memiliki perkarangan di muka rumah sebagai pertamanan yang diperlukan untuk penghijauan, kesegaran, keindahan, dan keserasian rumah.

2. Untuk keamanan rumah agar tidak dapat secara langsung dimasuki tamu tak diundang (maling), dan juga sebagai tempat bermain anak supaya tidak bermain di jalan demi keamanan dan kelancaran lalu lintas.

3. Untuk mengurangi pengaruh suara bising dari kendaraan bermotor yang lalu di depan rumah dan memungkinkan rumah dapat dibuat teritis atap yang cukup lebar sebagai pelindung bangunan terhadap panas sinar matahari dan curahan air hujan.

GARIS JARAK BEBAN SAMPING

Pada bangunan berbentuk tunggal (lepas) dan renggang, induk bangunan harus mempunyai jarak bebas terhadap batas pekarangan yang terletak di samping (sisi). Pada bangunan turutan, boleh dibangun rapat dengan batas pekarangan samping dengan posisi letak bangunan turutan terdepan berada pada jarak minimal dua kali jarak antara GSB dan GSJ sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

Sedangkan lebar jarak garis beban samping antara bangunan depan batas pekarangan ditentukan berdasarkan jenis bangunan dan perpetakan tanah setempat. Luas areal bebas samping adalah lebar jarak bebas samping x panjang jarak antara GSB dan GSJ yang ditentukan.

Adanya garis jarak bebas samping ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan kesehatan, kenyamanan dan keindahan mengingat faktor iklim tropis lembab di Indonesia dengan ciri-ciri temperatur udara yang tinggi, curah hujan besar sepanjang tahun, sudut datang sinar matahari yang besar, dan lain-lain. Maka dengan adanya jarak bebas samping memungkinkan :

1. Adanya sirkulasi udara yang baik ke dalam ruangan untuk mengurangi panas dan lembab.

2. Penyinaran sinar matahari langsung ke dalam ruang minimal satu jam dalam sehari untuk kesehatan.

3. Rumah dapat dilengkapi dengan teritis atap yang cukup untuk pelindung bangunan terhadap panas matahari dan curah hujan


GARIS BEBAS JARAK BELAKANG

Garis jarak bebas belakang adalah garis batas bangunan yang boleh didirikan pada bagian belakang terhadap batas pekarangan bagian belakang. Panjang garis bebas belakang ditentukan sesuai dengan jenis bangunan dan lingkungan persil tanah setempat.

Pada halaman belakang suatu persil tanah boleh didirikan bangunan turutan, asal bangunan turutan tersebut tidak memenuhi seluruh pekarangan belakang. Secara umum bangunan turutan boleh dibangun, asal lebar bangunan turutan tidak memenuhi seluruh pekarangan belakang, sehingga masih tersisa halaman kosong. Halaman kosong pada halaman belakang minimal mempunyai lebar sama dengan panjang garis jarak bebas belakang yang ditentukan. Jadi luas halaman kosong atau bebas bangunan pada halaman belakang minimal sama dengan kuadrat (pangkat dua) panjang garis belakang.

Maksud dan tujuan adanya garis jarak bebas belakang adalah :

1. Memungkinkan sirkulasi udara dan penyinaran matahari secara langsung ke dalam ruangan.

2. Memungkinkan adanya pertamanan pada halaman belakang guna kesejukkan dan keindahan rumah.

3. Menghindari atau mengurangi bahaya kebakaran.

4. Sebagai tempat jemuran dan lain-lain yang tidak merusak pemandangan rumah bagian depan dan aman dari tangan-tangan jahil.

5. Sebagai tempat rekreasi atau bermain penghuni rumah

ORGANISASI RUANG

Pada dasarnya suatu rumah tinggal merupakan kesatuan yang terpadu dari berbagai ruang dengan fungsi dan sifat yang berbeda-beda. Dalam penyusunan rangkaian ruangan yang memiliki fungsi dan sifat yang berbeda-beda menjadi suatu kesatuan yang terpadu, diperlukan organisasi ruang yang baik.

Menyusun struktur organisasi ruang yang baik dan benar tidak terlepas dari faktor-faktor berikut :

1. Fungsi dan sifat dasar setiap ruangan
2. Prinsip penetapan jumlah dan ukuran ruangan
3. Standar ruangan secara minimal
4. Teknis penyusunan organisasi ruang

FUNGSI dan SIFAT DASAR RUANGAN

Ruang didalam rumah tinggal dibagi atas tiga kelompok berdasarkan fungsi dan sifat yang sejenis yang selanjutnya disebut area :

1. Area pemukiman (living area)
2. Area peristirahatan (sleeping area)
3. Area pelayanan (service area)

AREA PEMUKIMAN

Area pemukiman merupakan kelompok ruangan yang terdiri dari :

1. Ruang tamu
2. Ruang makan
3. Ruang keluarga/rekreasi
4. Ruang belajar/ruang kerja

Pada rumah yang besar, setiap ruang dapat dibuat secara terpisah satu per satu menurut fungsi dan sifatnya yang khusus. Tetapi pada rumah yang kecil, satu ruang dapat berfungsi ganda, asalkan kombinasi fungsi ruang tersebut masih merupakan satu kelompok ruang (area) sejenis dan sifat dasar masing-masing ruang tidak terlampau berbeda.

Pemisahan ruang pada suatu area tidak selamanya harus dengan dinding tembok masif. Untuk memisahkan ruang dapat digunakan penyekat ruang yang berbentuk lemari (devider) atau dengan cara pemisahan letak kelompok peralatan (furniture) menurut fungsinya.

RUANG TAMU

Fungsi ruang tamu adalah sebagai tempat untuk menerima tamu. Ruang tamu dapat digunakan untuk kegiatan lain menurut kebiasaan pemilik rumah. Maka ruang tamu itu direncanakan agar sewaktu-waktu dapat menjadi tempat perjamuan.

Ruang tamu dengan fungsi yang terlampau banyak akan menimbulkan kesan gado-gado. Oleh karena itu yang penting dalam perencanaan adalah pengarahan untuk memenuhi fungsi utama dengan menyesuaikan bentuk, ukuran, serta perlengkapannya.

Biasanya ruang tamu terletak pada bagian depan rumah yang berhubungan langsung dengan jalan keluar. Tata letak seperti itu bukan semata-mata kebiasaan, tetapi karena ruang tamu bersifat umum dan ruang-ruang lain bersifat pribadi bagi pemilik rumah.

RUANG MAKAN

Fungsi pokok ruang makan adalah tempat makan pemilik rumah yang digunakan secara rutin tiap hari. Bentuk dan ukuran ruang makan sedapat mungkin direncanakan agar dapat menampung minimal jumlah anggota keluarga.

Tata letak ruang makan diusahakan berdekatan dengan dapur atau mempunyai jalur hubungan yang praktis dengan dapur. Hubungan singkat dan praktis ini mempermudah penyajian hidangan dan pembersihan ruang setelah dipergunakan.

Kembali pada fungsi pokok ruang makan sebagai tempat makan keluarga, maka ruang makan bersifat pribadi. Oleh karena itu ruang makan ditempatkan pada bagian kedua setelah ruang tamu yang bersifat umum. Akan tetapi dengan adanya perbedaan sifat yang tajam antara kedua ruang tersebut, maka antara ruang makan dan ruang tamu harus dipisahkan dengan dinding atau penyekat, agar kegiatan pada ruang makan tidak tampak langsung dari ruang tamu.

RUANG KELUARGA atau REKREASI

Ruang keluarga atau ruang rekreasi dapat dipisahkan menjadi dua ruang yang berbeda. Tetapi karena banyak persamaan sifat pada kedua ruang tersebut, maka dapat dibuat menjadi satu ruangan.

Ruang keluarga dan ruang rekreasi berfungsi sebagai ruang santai keluarga, misalnya, untuk nonton TV, mendengarkan musik, dan lain-lain. Kedua ruang tersebut bersifat tidak resmi (nonformal) dan bersifat sebagai pelengkap untuk menghilangkan kejenuhan akibat kegiatan rutin (kerja, sekolah). Dengan sifat demikian ruang keluarga/rekreasi dan ruang tamu perlu dipisahkan dengan pembatas ruangan yang cukup rapat, mengingat adanya perbedaan fungsi dan sifat yang menyolok.

RUANG BELAJAR dan RUANG KERJA

Ruang belajar dan ruang kerja ini juga dapat dipisahkan atau dibuat menjadi satu ruang, karena adanya persamaan sifat kedua ruang tersebut. Ruang kerja yang dimaksud dalam hal ini bukan ruang kerja semacam bengkel kecil, akan tetapi semacam kantor pribadi dengan kegiatan pokok membaca, menulis, dan sejenisnya.

Dilihat dari fungsinya, kedua ruang tersebut memerlukan perlengkapan pokok yang sama, misalnya, meja tulis, kursi kerja, lemari atau rak untuk menyimpan buku/arsip surat. Selain itu kedua ruang tersebut memerlukan suasana yang tenang agar dapat berfungsi dengan baik sebagai tempat bekerja dan belajar.

Dalam kaitan suasana tersebut, ruang kerja/belajar ditempatkan pada bagian rumah yang tenang. Seandainya ruang kerja itu merupakan kantor pribadi pemilik rumah, maka letak ruang kerja itu sebaiknya pada bagian depan rumah dan mempunyai hubungan langsung dengan jalan keluar. Tata letak demikian ini dimaksudkan agar tamu yang datang untuk urusan pekerjaan dapat langsung masuk ke dalam ruang kerja, tanpa harus melalui ruang tamu atau ruang lain yang bersifat pribadi.

AREA PERISTIRAHATAN

Yang dimaksud dengan area peristirahatan adalah area yang digunakan untuk beristirahat penuh ( tidur). Jadi, bukan sekedar istirahat sejenak atau santai seperti fungsi ruang keluarga. Area peristirahatan terdiri dari kamar tidur dan ruang-ruang pelengkap, misalnya, kamar mandi/WC, ruang penyimpanan barang pribadi (walk-in closet).

KAMAR TIDUR

Kamar tidur adalah tempat untuk beristirahat penuh (tidur). Maka itu kamar tidur harus bebas dari gangguan dari suara bising, udara panas, lembab, dan lain-lain, agar dapat menjadi tempat beristirahat yang sebaik-baiknya.

Usaha untuk menghindari gangguan-gangguan tersebut dapat dilakukan dengan cara penempatan kamar pada bagian yang tenang., jauh dari garasi dan dapur, penempatan lubang udara (ventilasi) yang baik, penempatan jendela sebagai lubang cahaya yang baik dan benar, sehingga sinar matahari dapat menyinari ruangan sesuai dengan kebutuhan.

Kamar tidur dapat dibagi dalam beberapa kelas menurut fungsi dan kegunaan tertentu.Misalnya, kamar tidur utama untuk kepala keluarga, kamar tidur kedua untuk anak, kamar tidur ketiga untuk tamu, kamar tidur keempat untuk pembantu rumah tangga.

Dengan adanya klasifikasi, bentuk dan ukuran kamar dapat direncanakan lebih terperinci sesuai dengan fungsi dan kebutuhannya. Disamping itu tata letak kamar tidur dapat direncanakan lebih fungsional dan strategis, dengan adanya klasifikasi, maka tata letak kamr tidur untuk kepala keluarga dapat direncanakan pada tempat yang paling strategis, agar kepala keluarga dengan mudah dapat mengawasi hampir seluruh kegiatan yang terjadi di rumah.

KAMAR MANDI

Pada konsep perencanaan rumah-rumah lama, kamar mandi terletak jauh terpisah dengan kamar tidur. Akan tetapi demi efesiensi, letak kamar mandi dalam konsep perencanaan saat ini diletakkan dekat dengan kamar tidur.

Kamar mandi diletakkan dekat dengan kamar tidur, karena mandi merupakan kegiatan pribadi yang rutin. Mengingat sifat kamar mandi yang selalu basah dan dapat menimbulkan bau kurang sedap, maka kamar mandi harus memiliki peredaran udara yang baik dan penerangan yang cukup.

AREA PELAYANAN

Area pelayanan adalah area pelengkap untuk pelayanan yang dibutuhkan dalam suatu rumah. Ruang-ruang yang termasuk dalam kelompok area pelayanan adalah :

1. Ruang dapur
2. Ruang penyimpanan (gudang)
3. Ruang garasi

RUANG DAPUR

Fungsi pokok dapur adalah sebagai tempat kerja untuk mempersiapkan makanan dan minuman. Mengingat makanan dan minuman berhubungan erat dengan factor kesehatan, maka dapur harus selalu bersih dan sehat.

Dilain pihak kegiatan memasak di dapur menimbulkan panas, bau dan sisa kotoran. Maka itu dapur diletakkan berjauhan dari kamar tidur atau ruang-ruang yang memerlukan kesejukkan. Akan tetapi, mengingat fungsi dapur sebagai ruang pelayanan, maka dapur sebaiknya diletakkan pada tempat yang mempunyai hubungan praktis dan langsung dengan ruang makan dan ruang-ruang yang dilayani.

Kembali pada masalah kebersihan dan kesehatan, maka dapur harus memiliki pembukaan (jendela) yang cukup besar agar dapat meneruskan sinar matahari langsung kedalam dapur. Selain itu dapur harus memiliki lubang udara (ventilasi) yang dapat mengatur peredaran udara yang cukupuntuk mengurangi panas dan menghilangkan bau.

RUANG PENYIMPANAN atau GUDANG

Ruang penyimpanan dapat berbentuk gudang atau lemari sebagai tempat penyimpanan. Ruang penyimpanan dalam bentuk gudang terpisah (ruang khusus) memang kadang-kadang masih dibutuhkan. Akan tetapi untuk rumah-rumah kecil, gudang terpisah dirasa kurang efisien, karena gudang terpisah memerlukan tanah yang khusus dan untuk mencari barang yang diperlukan sewaktu-waktu harus dicari dalam gudang yang terisi barang beraneka ragam.

Ruang penyimpanan dapat direncanakan pada setiap ruangan yang memerlukan dalam bentuk lemari penyimpanan. Dengan demikian barang-barang yang disimpan berhubungan dengan kebutuhan/perlengkapan ruang yang bersangkutan, sehingga sewaktu-waktu mudah mencari barang yang dibutuhkan. Misalnya, untuk mencari piring/gelas yang dibutuhkan untuk pesta, dengan mudah akan bisa di dapat pada tempat penyimpanan yang terdapat di ruang makan atau dapur yang berhubungan dengan perlengkapan tersebut.

GARASI

Garasi berfungsi sebagai tempat penyimpanan kendaraan bermotor, dan terdiri dari dua jenis, yaitu garasi tertutup dan garasi dengan bentuk terbuka (carport).

Oleh karena fungsi utama garasi adalah sebagai tempat penyimpanan kendaraan bermotor, konsekuensinya suhu di dalamnya panas dan kotor (mengandung gas yang kurang baik untuk kesehatan). Mengingat sifat-sifat tersebut, maka garasi harus diletakkan berjauhan dengan kamar tidur, sehingga udara panas, udara kotor, dan suara bising yang terdapat di ruang garasi tidak mengganggu kenyamanan dan kesehatan kamar tidur yang berfungsi sebagai tempat beristirahat.

PRINSIP PENETAPAN JUMLAH dan UKURAN RUANG

Dalam penetapan jumlah dan ukuran ruang terlebih dahulu di adakan inventarisasi atas hal-hal sebagai berikut :

1. Jumlah anggota keluarga
2. Adat dan kebiasaan
3. Hobi dan selera
4. Ukuran persil tanah dan dana yang tersedia

JUMLAH ANGGOTA KELUARGA

Jumlah anggota keluarga dapat digunakan untuk menetapkan jumlah dan ukuran ruang. Akan tetapi untuk menetapkan ruang dan ukuran ruang yang sangat tepat (efisien), perlu dilihat susunan keluarga itu sendiri. Misalnya, jumlah anak laki-laki, jumlah anak perempuan, orang tua dan lain-lain. Sebab masing-masing memerlukan bentuk/ukuran tertentu.

Susunan keluarga dan hubungannya dengan jumlah dan ukuran ruang dapat di lihat pada contoh perbandingan dua keluarga berikut :

Dari contoh tersebut diatas, bahwa keluarga pertama terdiri dari enam (6) orang dan keluarga kedua terdiri dari lima (5) orang. Tetapi keluarga itu masing-masing memerlukan tiga (3) kamar tidur. Hal ini disebabkan kamar untuk anak perempuan dipisah dengan kamar untuk anak laki-laki (dibuat tersendiri). Karena pada keluarga kedua, satu kamar hanya dipergunakan untuk satu orang anak perempuan, maka ukuran kamar lebih kecil. Dengan demikian efesiensi jumlah dan ukuran ruang dapat terpenuhi.

ADAT atau KEBIASAAN KELUARGA

Jika adat/kebiasaan keluarga tidak terpenuhi, maka rumah kurang lengkap dan menyenangkan. Kadang-kadang kebiasaan bertalian erat dengan profesi kepala keluarga yang bersangkutan. Oleh karena itu ruang tersebut merupakan kebutuhan mutlak. Bila pemilik rumah (kepala keluarga) adalah seorang penulis, tentu diperlukan ruang untuk membaca dan menulis sebagai sarana untuk pekerjaannya.

HOBI DAN SELERA

Hobi dan selera bukanlah kebutuhan pokok. Maka tidak mutlak harus dibuat ruang untuk kegiatan hobi. Tetapi jika mungkin dibuat ruang untuk menampung hobi dan sesuai dengan selera tentu lebih baik.

Selera mode dan gaya perlengkapannya (furniture) berpengaruh besar terhadap bentuk dan ukuran ruang. Misalnya, pemilik rumah menghendaki perlengkapan bergaya klasik yang berukuran besar-besar, maka dengan sendirinya diperlukan ukuran ruang yang besar.

Untuk menentukan ukuran ruang sesuai dengan jumlah dan mode perlengkapan yang dipilih, dapat dilakukan dengan cara membuat miniatur ukuran perlengkapan mebel (furniture) dengan skala tertentu, misalnya 1 : 50 atau 1 : 100. Miniatur ini menunjukan ukuran panjang dan lebar perlengkapan dan disebut tempelates perlengkapan. Dengan tempelates perlengkapan disusun rangkaian perlengkapan yang efesien menurut selera masing-masing. Setelah rangkaian perlengkapan tersusun, kemudian di tarik garis tepi sekeliling rangkaian perlengkapan itu. Garis keliling perlengkapan tersebut merupakan ukuran ruang yang dibutuhkan.

UKURAN PERSIL TANAH YANG TERSEDIA

Ukuran persil tanah dan dana yang tersedia merupakan unsur yang mempengaruhi bentuk, ukuran dan jumlah ruang yang dapat dibangun.

Dengan ukuran persil tanah dan dana yang besar tentu saja memungkinkan perencanaan ruang lebih leluasa, baik dalam bentuk, ukuran dan jumlah ruangan. Akan tetapi ukuran tanah dan dana yang besar tidak merupakan jaminan, bahwa rumah yang direncanakan pasti dapat terwujud dengan baik, jika tidak memperhatikan unsur dan faktor perencanaan
Dilakukan tanpa proses dan teknik yang benar.

Sebaliknya jika ukuran tanah dan dana terbatas, tidak berarti bangunan yang direncanakan pasti kurang baik, kurang indah, dan kurang menyenangkan. Walaupun ukuran tanah dan dana terbatas, tetapi jika perencanaan dilaksanakan dengan benar, akan terwujud rumah yang cukup baik dan memenuhi persyaratan.

Dalam perencanaan rumah pada tanah yang kecil dan dana terbatas, perlu diperhatikan hal-hal berikut :

1. Pemilihan bentuk/ukuran dan jumlah ruangan dibatasi, asal cukup memenuhi standar minimal ruangan dan sesuai dengan kebutuhan.

2. Rangkaian ruangan direncanakan seefisien mungkin tanpa pemborosan ruang yang tidak berfungsi, dalam hal ini penggunaan gang atau lorong dihindari atau dibatasi seminimal mungkin.

3. Bahan bangunan, terutama bahan untuk atap dan dinding, dipilih dari bahan yang ringan, asal cukup tahan terhadap pengaruh iklim dan dapat menyekat panas dengan baik.

4. Dengan penggunaan bahan bangunan yang ringan, maka dapat digunakan konstruksi ringan/kecil dan hal ini berarti penghematan dana ( biaya).

STANDAR RUANGAN SECARA MINIMAL

Standar ruangan minimal yang disajikan dibawah ini adalah kutipan dari beberapa bagian buku Standar Arsitektur di Bidang Perumahan yang diterbitkan oleh Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan. Standar tersebut kiranya telah cukup memenuhi persyaratan, karena merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi studi mengenai manusia dan sudut anatomi dan gerak serta pertimbangan faktor-faktor seperti keadaan sosial, keadaan ekonomi, dan kemajuan teknologi.

TEKNIS PENYUSUNAN RANGKAIAN RUANG

Organisasi ruang adalah hal yang penting untuk menjalin hubungan ruangan yang serasi/terpadu, mengingat bahwa rumah merupakan suatu kesatuan dari berbagai jenis, bentuk, dan ukuran ruang dengan fungsi dan sifat yang berbeda-beda.

Setelah bentuk, ukuran, dan jumlah ruang ditetapkan menurut kebutuhan dengan pertimbangan adat/kebiasaan, hobi, selera, dana dan peraturan/persyaratan yang berlaku, maka kemudian disusun rangkaian ruang yang efisien, fungsional, sehat dan menyenangkan.

Untuk menyusun rangkaian ruang yang efisien, fungsional, sehat dan menyenangkan tidak terlepas dari unsur-unsur dan faktor-faktor perencanaan secara keseluruhan. Maka dalam teknis penyusunan rangkaian ruang, perencanaan dilakukan dengan proses yang bertahap :

1. Pengelompokan ruang sejenis menjadi satu area.

2. Pemilihan tata letak ruang/area di atas persil tanah.

3. Sketsa denah rangkaian ruang

PENGELOMPOKAN RUANG SEJENIS

Proses perencanaan sejak pemilihan bentuk, ukuran, dan jumlah ruang sampai tersusun denah bangunan :

Setelah bentuk, ukuran dan jumlah ruangan ditetapkan, selanjutnya diadakan pengelompokan ruang-ruang sejenis menjadi satu area. Pada rumah tinggal terdapat tiga jenis area, yaitu area peristirahatan (sleeping area), area pemukiman (living area), dan area pelayanan (service area). Pengelompokan ruang sejenis ini dimaksud untuk memperkirakan luas masing-masing area yang dibutuhkan, sehingga mempermudah pengaturan tata letak di atas persil tanah, mengingat masing-masing area memiliki fungsi dan sifat yang khusus.

PEMILIHAN TATA LETAK RUANG

Sebagaimana diketahui, masing-masing ruang memiliki fungsi dan sifat tertentu. Maka untuk memenuhi fungsi dan sifat masing-masing, pemilihan tata letak di atur menurut perioritas kegunaan ruang dengan penyesuaian pada situasi/kondisi yang ada pada persil tanah.

Misalnya, area peristirahatan memerlukan suasana yang tenang dan udara yang paling segar/sejuk. Maka area peristirahatan ditempatkan pada bagian yang paling sejuk dan jauh dari keramaian lalu lintas, sedangkan area pemukiman pada bagian muka rumah yang berhubungan dengan jalan keluar, dan area pelayanan dapat ditempatkan pada perioritas yang terakhir.

Pemilihan tata letak ruangan tidak terlepas dari peraturan dan persyaratan yang berlaku tentang garis sempadan bangunan, serta situasi dan kondisi yang ada pada persil tanah itu sendiri. Misalnya, persil tanah menghadap ke arah barat, maka area peristirahatan ditempatkan pada bagian utara atau selatan untuk mengurangi pengaruh panas matahari. Tetapi persisnya letak di sebelah utara atau selatan tergantung dari situasi/kondisi setempat. Misalnya, pada bagian utara pemandangan lebih menarik dan arus angin mengalir dari utara ke selatan. Maka area peristirahatan sebaiknya ditempatkan pada bagian utara.

SKEMA DENAH RANGKAIAN RUANG

Sketsa pertama merupakan manifestasi dari ide yang timbul karena adanya kebutuhan ruang. Pada sketsa pertama rangkaian ruang masih berupa rangkaian kasar, selanjutnya rangkaian disempurnakan dengan memperbaiki rangkaian yang kurang serasi dan meningkatkan efesiensi hubungan serta kegunaan ruang. Pada tahap ini juga harus sudah mulai difikirkan rencana konstruksi, misalnya dengan memikirkan letak tumpuan kuda-kuda, letak kolom penunjang, lebar bentangan ruangan maksimal yang ekonomis, dan lain-lain.

Dalam proses penyempurnaan sketsa pertama menjadi sketsa akhir yang mantap, sebaiknya dibuat beberapa sketsa tanpa menghapus atau mencoret sketsa pertama. Dengan demikian proses penyempurnaan dapat terekam dengan jelas dan lengkap. Rekaman proses penyempurnaan sketsa ini penting, karena sering terjadi problem (persoalan) pada suatu tahap yang sebenarnya telah terpecahkan pada sketsa sebelumnya.


Sabtu, 25 April 2009

UNSUR-UNSUR DALAM PERENCANAAN

Memahami unsur-unsur perencanaan merupakan keharusan untuk menghindari kesalahan yang tidak perlu terjadi. Unsur-unsur perencanaan adalah keadaan yang dapat mempengaruhi hasil perencanaan. Keadaan-keadaan itu dapat berwujud peraturan dan persyaratan formal yang berlaku atau keadaan pada tanah setempat yang terjadi secara alami.

Lebih lanjut keadaan yang merupakan unsur perencanaan dapat di golongkan atas tiga jenis :

1. Keadaan tanah setempat
2. Keadaan iklim setempat
3. Orientasi tanah setempat


1. Keadaan tanah setempat

Sebagaimana diketahui, situasi dan kondisi tanah di setiap tempat tidak selalu sama. Pertama-tama harus di lihat unsur-unsur perencanaan formal yang berupa peraturan dan persyaratan yang berlaku pada tanah setempat. Dalam peraturan dan persyaratan yang berlaku pada tanah setempat yang tercakup bentuk dan jenis bangunan yang boleh didirikan, garis-garis bangunan dan jalan yang mengatur tata letak bangunan yang baik, teratur, dan terencana pada suatu wilayah sesuai dengan norma-norma pembangunan kota.

Untuk mengetahui peraturan dan persyaratan formal yang berlaku, dapat di tempuh dengan cara sebagai berikut :

Pertama-tama mengajukan permohonan pengukuran dan pemetaan persil tanah yang di miliki pada Dinas Tata Kota setempat. Kemudian berdasarkan hasil pengukuran pengukuran dan pemetaan itu diajukan permohonan keterangan rencana (advise planning) pada Dinas Tata Kota setempat. Keterangan teknis lebih lanjut bisa didapat dari Dinas Pembangunan Pengawasan Kota setempat.

Peta situasi, keterangan rencana dan peraturan/persyaratan formal tersebut merupakan pedoman dasar dalam perencanaan. Akan tetapi agar diketahui unsur-unsur perencanaan yang lebih jelas dan lengkap, perlu di adakan penelitian secara langsung pada persil tanah setempat.


Dengan penelitian langsung pada persil tanah setempat akan di ketahui lebih jelas keadaan yang terjadi secara alamiah, misalnya :

Perbedaan tinggi rendahnya tanah
Kekerasan/kepadatan tanah
Kecepatan dan arah aliran udara
Kebisingan dan frekuensi lalu lintas
Tumbuh-tumbuhan/pohon yang ada di sekitar persil


Hasil penelitian keadaan tanah setempat merupakan data yang sangat penting dalam perencanaan, sebab :

Dengan diketahui perbedaan tinggi rendahnya permukaan tanah, maka akan dapat ditetapkan tinggi lantai bangunan dari permukaan tanah yang aman dari banjir dan bersifat ekonomis. Selain itu tinggi rendahnya permukaan tanah (contour) dapat di manfaatkan dalam segi keindahan, misalnya pertamanan, kolam, dan lain-lain.
Kekerasan/kepadatan tanah sangat penting dari segi teknis untuk menetapkan jenis dan tipe pondasi yang akan dipergunakan.
Kecepatan dan arah aliran udara perlu diketahui untuk menetapkan ukuran pembukaan (lubang angin atau ventilasi, pintu dan jendela) sehingga ruangan memiliki sirkulasi udara yang sesuai dengan kebutuhan (tidak terlampau kecil atau besar).
Data tentang kebisingan dan frekuensi lalu lintas perlu sebagai dasar untuk mengatur tata letak ruangan dan penggunaan jenis bahan bangunan yang kedap suara, sehingga ruangan yang memerlukan suasana tenang dapat terwujud.
Pohon dan tumbuh-tumbuhan mempunyai arti serta manfaat yang besar dalam kehidupan manusia, oleh karena tumbuh-tumbuhan dapat berfungsi sebagai :

Pelindung manusia/bangunan dari panas matahari
Mencegah dan mengurangi aliran angin besar
Mencegah dan mengurangi suara bising
Menyerap debu dan kotoran
Memproduksi zat asam pada siang hari yang diperlukan untuk kehidupan manusia
Mengatur dan melindungi tata air tanah
Mencegah erosi dan tanah longsor
Menyejukkan udara dan memperindah pemandangan

Melihat fungsi pohon dan tumbuh-tumbuhan yang besar serta luas, maka data tentang ada atau tidaknya pohon pada persil tanah sangat penting.

Seandainya pada persil tanah telah ada pohon dan tumbuh-tumbuhan yang sehat dan masih cukup muda, sebaiknya dimanfaatkan untuk fungsi-fungsi tersebut. Dan seandainya pada persil tanah tidak terdapat pohon/tumbuh-tumbuhan, maka dalam perencanaan harus direncankan tempat untuk pohon/tumbuh-tumbuhan.


2. Keadaan iklim setempat

Dalam kehidupan kita diperlukan kondisi iklim yang cocok agar kita dapat tidur/istirahat atau bekerja dengan nyaman. Sebab iklim yang tidak cocok dengan tubuh kita, misalnya temperatur udara terlampau panas atau terlampau dingin, akan mempengaruhi keadaan mental dan fisik kita.

Kondisi iklim yang nyaman (comfort) paling tidak bisa terdapat dalam rumah tinggal sebagai lingkungan kehidupan yang terdekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Iklim yang nyaman (comfort) dipengaruhi oleh factor-faktor sebagai berikut :

Temperatur udara
Kelembaban
Peredaran udara
Radiasi panas

Temperatur dan kelembaban udara secara langsung mempengaruhi perasaan nyaman pada tubuh. Disamping itu peredaran udara dan panas juga akan mempengaruhi perasaan nyaman.

Sesuai dengan tujuan perencanaan yang lengkap dan sempurna, maka factor iklim harus diperhatikan. Sebab perencanaan tanpa memperhatikan faktor-faktor iklim setempat mungkin dapat menghasilkan suatu bangunan rumah yang indah tetapi tidak nyaman (comfort) untuk di tempati.

Iklim di Indonesia adalah tipe iklim panas lembab, karena Indonesia terletak pada posisi 6 derajat Lintang Utara (LU) sampai 8 derajat Lintang Selatan (LS), dengan cirri-ciri sebagi berikut :

Penyinaran matahari merata sepanjang tahun
Tekanan udara rendah
Udara selalu berawan
Temperatur udara cukup tinggi (antara 23 s/d 32 derajat celcius)
Kelembaban udara sangat tinggi (antara 75 s/d 90%)
Curah hujan besar sepanjang tahun (bisa mencapai 250 s/d 380 mm dalam 24 jam)
Tumbuh-tumbuhan banyak mengandung air dan cepat tumbuh serta banyak nyamuk serta rayap yang dapat merusak bangunan

Dengan adanya ciri-ciri iklim tropis tersebut, maka kenyamanan di rumah tinggal di Indonesia tergantung dari system peredaran udara (sirkulasi udara) dan pembatasan radiasi panas sebagai system pengendaian iklim.

Peredaran udara di dalam ruangan merupakan system yang diperlukan untuk membantu mempercepat proses penguapan panas dan keringat pada tubuh manusia. Pembatasan radiasi panas dengan menghindari panas matahari secara langsung adalah agar tidak meningkatkan panas pada tubuh dan ruangan di dalam rumah, dan agar panas matahari dari luar dapat memanasi struktur bangunan yang kemudian terpancar kembali pada ruangan atau tubuh manusia yang berada di dalamnya.

Sistem pengendalian iklim panas lembab untuk mencapai peredaran udara yang baik dan pembatasan radiasi panas bertalian erat dengan perencanaan bentuk struktur dan bahan yang dipergunakan. Dalam hal ini bentuk struktur bangunan harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga memungkinkan peredaran udara yang baik di dalam ruangan. Salah satu pilihan yang tepat dalam hal ini adalah dengan system ventilasi silang (cross ventilation ) dan bentuk rumah dengan teritis atap (overhang protection) sebagai pelindung dinding/struktur bangunan dari panas matahari dan hujan. Oleh karena bentuk dan struktur bangunan mempunyai keterbatasan dalam kemampuan pengendalian iklim, maka dalam mencapai hasil maksimal pengendalian iklim dalam bangunan perlu dibantu dengan penggunaan bahan bangunan yang sesuai.

Dalam hal ini penggunaan bahan bangunan untuk atap dan dinding rumah merupakan bagian yang terpenting, karena kedua bagian itu berhubungan secara langsung dengan sinar matahari dan udara di sekelilingnya. Pemilihan penggunaan bahan atap dan dinding cenderung pada pilihan jenis bahan yang ringan dan mampu menyekat panas, serta dapat memantulkan panas dan sinar matahari pada bagian luar. Oleh karena itu sejenis bahan seng atau aluminium, walaupun ringan dan ekonomis kurang sesuai untuk atap dan dinding rumah sebab kurang mampu menyekat panas dengan baik.


3. Orientasi tanah setempat

Berdasarkan hasil penelitian situasi/kondisi dan iklim pada persil tanah setempat serta peraturan dan persyaratan yang berlaku, maka akan tersusun data yang spesifik. Data ini merupakan pedoman dasar dalam perencanaan bangunan rumah yang memenuhi persyaratan kesehatan, kekuatan, kenyamanan dan keindahan.

Proses selanjutnya dalam perencanaan bangunan rumah setelah data lapangan terkumpul adalah :

Orientasi persil tanah
Orientasi bangunan terhadap sinar matahari
Orientasi bangunan terhadap aliran udara
Pengaturan jarak bangunan
Pengaturan pembukaan pada dinding
Pengaturan atap/pelindung panas dan hujan


Orientasi persil tanah

Orientasi persil tanah terhadap peredaran sinar matahari telah diketahui sejak didapat keterangan rencana yang resmi. Orientasi persil tanah ini penting untuk menetapkan orientasi bangunan yang akan didirikan di atasnya. Keterangan tentang orientasi persil tanah ini menentukan arah mana tampak muka bangunan harus menghadap. Dan selanjutnya, setelah diketahui ke arah mana tampak muka bangunan harus mengahadap, perencanaan diteruskan dengan pengaturan ruang menurut kebutuhan.


Orientasi bangunan terhadap sinar matahari

Sebaiknya bangunan di orientasikan ke arah utara/selatan agar sebagian besar ruang-ruang tidak menghadap matahari. Sebab sudut datang sinar matahari di Indonesia relatif kecil, sehingga akan memanaskan ruangan di dalam bangunan. Dan perlu di ingat penyinaran matahari di Indonesia merata sepanjang tahun.
Menginat pada hakikatnya sinar matahari juga di butuhkan untuk penerangan dan kesehatan dalam ruangan pada batas-batas tertentu, maka orientasi bangunan dapat dibuat tidak persis menghadap ke utara/selatan tetapi bisa dibuat agak miring sedikit. Misalnya, persil tanah dengan bagian memanjang yang boleh didirikan bangunan menghadap ke arah barat dan timur. Maka ruangan dengan kesejukkan udara yang tinggi hanya dapat di capai dengan menempatkan ruang-ruang yang membutuhkan ke arah utara/selatan.


Orientasi bangunan terhadap aliran udara

Aliran udara dalam ruangan di Indonesia sangat diperlukan (lihat ciri-ciri iklim panas dan lembab ). Dengan diketahuinya orientasi persil tanah dan situasi/kondisi setempat, maka akan diketahui arah aliran angin yang ada pada persil tanah.

Orientasi bangunan terhadap aliran udara erat hubungannya dengan orientasi bangunan terhadap sinar matahari. Misalnya, orientasi yang baik pada persil tanah tersebut ke arah utara/selatan, sedangkan aliran udara yang baik pada arah tersebut kurang, maka dicari pemecahannya dengan mengkombinasikan kedua unsur tersebut.

Aliran udara memang sesuatu yang dibutuhkan, akan tetapi dalam batas-batas tertentu. Misalnya, aliran udara pada suatu persil tanah tertentu sangat kencang, sebab persil tersebut dekat dengan tanah lapangan terbuka dan membawa kebisingan dalam ruangan, maka harus dibatasi. Dan sebaliknya, jika pada persil tanah tersebut tidak terdapat aliran udara yang cukup karena aliran udara terhalang bangunan disekitarnya, maka perlu diusahakan mengalirnya udara dengan cara-cara tertentu.


Pengaturan jarak bangunan

Walaupun dalam keterangan rencana resmi (advise planning) telah ditetapkan pesyaratan letak bangunan yang boleh didirikan dengan adanya garis-garis bangunan dan jarak bebas samping dan belakang, akan tetapi dalam perencanaan harus dilihat kondisi setempat.

Misalnya, kondisi seperti ini pada suatu persil tanah. Karena adanya bangunan disampingnya, yang berimpit dengan batas pekarangan, dengan ukuran yang besar dan tinggi sehingga mengganggu aliran udara dan menghalangi sinar matahari yang dibutuhkan, maka dalam perencanaan bangunan dibuat ruang terbuka pada bagian tersebut agar ruangan di dalam rumah mendapat aliran udara yang cukup dan penerangan dari sinar matahari yang cukup pula.
Pengaturan jarak bangunan terhadap batas pekarangan yang membentuk ruangan terbuka (walaupun maksud dan tujuan utamanya untuk mengatur peredaran udara dan sinar matahari), sebaiknya dimanfaatkan untuk pertamanan atau kolam hias, sehingga dapat menambah keindahan lingkungan rumah.


Pengaturan pembukaan pada dinding

Yang dimaksud pembukaan pada dinding adalah pintu-pintu dan jendela yang terdapat pada dinding bangunan. Tentang fungsi pintu dan jendela telah dibahas dalam hal elemen-elemen pokok dalam bangunan. Dalam hal ini pembahasan pengaturan pembukaan pada dinding dikaitkan dengan masalah orientasi bangunan.

Besar kecilnya pembukaan pada dinding bangunan tergantung dari arah orientasi dan kebutuhan pembukaan pada ruangan itu sendiri. Sebaiknya pembukaan terdapat pada bagian dinding bangunan yang menghadap ke arah utara dan selatan, agar tidak terkena sinar matahari secara langsung. Akan tetapi pembukaan pada posisi dinding ini harus dibuat dalam ukuran yang cukup besar, agar ruang cukup terang dan peredaran udara cukup baik.

Pembukaan dinding pada bagian utara/selatan dan dengan ukuran yang besar ini sesuai dengan kondisi iklim di Indonesia. Akan tetapi menginat ciri-ciri iklim yang lain, misalnya, sudut datang matahari yang kecil dan merata sepanjang tahun, maka pembukaan pada dinding tersebut harus terlindung dari sinar matahari langsung, silau langit dan hujan dengan cara-cara tertentu yang diuraikan pada bagian berikut.

Sedangkan jika pembukaan pada dinding terpaksa harus terletak pada bagian dinding yang menghadap ke arah timur/barat, maka ukuran pembukaan harus dibatasi maksimal tidak mengakibatkan efek-efek yang buruk ke dalam ruangan.


Pengaturan atap/pelindung panas dan hujan

Dalam hal ini pengaturan atap/pelindung panas dan hujan sesuai dengan iklim di Indonesia adalah dengan bentuk atap yang ringan, bahan yang mampu menyekat panas dengan baik dan memiliki teritis atap yang relatif lebar. Pada bagian-bagian tertentu teritis atap (roof-overhang) harus direncanakan dengan tepat sesuai dengan kebutuhan, sehingga cukup dapat melindungi ruangan dari sinar matahari pada jam-jam tertentu dalam sehari. Jadi masih memungkinkan penyinaran langsung matahari ke dalam ruangan pada jam-jam tertentu yang dibutuhkan. Misalnya, pada dinding yang menghadap ke arah timur yang terkena sinar matahari pagi, pelindung atap diatur sedemikian rupa tanpa menghalangi sinar matahari pagi, sehingga dapat berfungsi sebagai pelindung yang baik pada siang hari.


Minggu, 19 April 2009

ELEMEN DAN SIMBOL GAMBAR BANGUNAN

Salah satu dasar untuk merencanakan bangunan adalah mengenal serta memahami arti elemen dan simbol-simbol gambar bangunan sehingga dapat membaca gambar bangunan dengan baik dan benar.
Elemen dan simbol gambar bangunan jumlahnya cukup banyak dan selalu berkembang sesuai dengan penemuan serta penggunaan elemen/komponen bangunan baru.
Pembahasan ini dibatasi pada elemen-elemen pokok dan simbol-simbol yang penting sebagai dasar untuk membaca gambar bangunan yang sederhana.
Elemen pokok bangunan rumah tinggal
  1. Pondasi (foundation)
  2. Lantai (floor)
  3. Kolom/tiang (stud column)
  4. Dinding (wall)
  5. Pintu dan jendela (door and window)
  6. Langit-langit (ceiling)
  7. Rangka atap (roof frame)

1. Pondasi (foundation)

Pondasi merupakan landasan berpijak bangunan diatas tanah. Pondasi ini dibutuhkan, karena pada umumnya daya dukung tanah tidak cukup kuat untuk memikul beban bangunan yang berdiri diatasnya. Maka pondasi itu merupakan perbaikan tanah, sehingga memiliki daya dukung yang cukup kuat untuk memikul beban bangunan di atasnya.

Pada umumnya pondasi terletak di bawah permukaan tanah pada kedalaman tertentu, sebab tanah pada bagian bawah lebih keras dan padat, sehingga memiliki daya dukung yang lebih besar. Juga pengaruh iklim terhadap tanah (muai dan susut) pada bagian bawah relatif kecil.

Dalam dan besarnya pondasi tidak selalu sama di setiap tempat, karena kedalaman dan besar pondasi tergantung dari daya dukung tanah setempat serta besarnya beban bangunan yang di pikul.

Secara garis besar pondasi untuk rumah tinggal dapat di bagi atas dua jenis, yaitu pondasi untuk tanah lembek dan pondasi untuk tanah keras, dengan berbagai tipe untuk setiap jenis.

2. Lantai (floor)

Lantai merupakan penutup permukaan tanah di dalam atau di luar bangunan (teras, rabat). Lantai harus di buat dengan konstruksi kedap air, sehingga air tanah tidak membasahi permukaan lantai dan cukup kuat memikul beban diatasnya.

Lantai di dalam rumah minimal 20 cm kebih tinggi dari permukaan tanah pekarangan yang tertinggi. Jika permukaan tanah pekarangan lebih rendah dari permukaan jalan maka lantai bangunan harus di buat minimal 20 cm lebih tinggi dari permukaan jalan. Hal ini di maksudkan agar air hujan tidak memasuki ruangan.

Dalam teknis pemasangan lantai, kondisi tanah harus diperbaiki lebih dahulu dengan cara pemadatan (ditumbuk dan disiram air) dan di beri lapisan pasir minimal 15 cm sebelum di pasang lantai. Perbaikan kondisi tanah tersebut dimaksudkan agar lantai memiliki landasan yang kuat, supaya tidak pecah atau turun dan mencegah naiknya air tanah yang dapat membasahi permukaan lantai.

3. Kolom/tiang (stud culomn)

Kolom berfungsi sebagai pengikat dinding bangunan agar tidak goyah dan sebagai penunjang beban bangunan di atasnya. Menurut persyaratan yang ditentukan, kolom harus cukup kuat untuk memikul beban sendiri, gaya-gaya dan momen-momen yang di akibatkan oleh konstruksi yang di pikul.

Ukuran luas penampang kolom ditentukan oleh beban yang dipikul dan kekuatan bahan yang dipergunakan sebagai kolom. Luas penampang kolom untuk tiap jenis bahan yang digunakan minimal mampu memikul beban tanpa perubahan (melengkung, bengkok), sehingga beban yang dipikul dapat diteruskan dengan baik ke pondasi.

4. Dinding (wall)

Dinding merupakan pembatas rumah terhadap halaman dan juga sebagai pembatas antara ruangan didalam rumah. Untuk dinding luar bangunan di Indonesia, harus dibuat dari bahan yang mampu menyekat panas dengan baik dan tahan terhadap air hujan mengingat kondisi iklim yang ada. Konstruksi dinding minimal mampu memikul beban sendiri dan beban angin. Jika dinding juga merupakan pemikul konstruksi di atasnya, maka dinding harus mampu memikul beban tersebut.

Dalam segi teknis perlu diperhatikan bahwa dinding harus terpisah dari pondasi dengan lapisan kedap air (semen ram) minimal 15 cm dibawah permukaan tanah dan 20 cm di atas permukaan lantai. Hal ini dimaksudkan agar air tanah tidak meresap ke atas yang mengakibatkan dinding basah dan berjamur.

5. Pintu dan jendela (door and window)

Pintu dan jendela merupakan pembukaan pada dinding bangunan. Pintu berfungsi sebagai jalan keluar dan masuk ke dalam ruangan, jendela sebagai jalan keluar masuk udara dan sinar matahari ke dalam ruangan.

  • Pintu (door)

Oleh karena karena pintu merupakan jalan keluar masuk ruangan, maka pintu direncanakan dengan ukuran yang sesuai dengan fungsi ruangan masing-masing, dengan ukuran standar sebagai berikut :

-Pintu utama : lebar minimal 90 cm dan tinggi 200 cm.

-Pintu ruang-ruang utama : lebar minimal 80 cm dan tinggi 200 cm.

-Pintu kamar mandi/WC : lebar minimal 70 cm dan tinggi 190 cm.

Konstruksi pintu direncanakan sedemikian rupa, sehingga cukup kuat dan aman. Pada ruang-ruang yang bersifat umum, pintu dapat dibuat dari bahan yang tembus pandang, misalnya kaca, sehingga pintu dapat meneruskan sinar kedalam ruangan, sedangkan pada ruang-ruang yang bersifat pribadi, seperti kamar mandi/WC atau kamar tidur, sebaiknya dibuat dari bahan yang masif tidak tembus pandang. Khusus untuk kamar mandi, sebaiknya dibuat dari bahan water proof, misalnya formika atau logam, karena sering kena percikan air.

  • Jendela (window)

Jendela diperlukan untuk lubang cahaya agar sinar matahari dapat secara langsung menyinari ruangan, dan juga diperlukan sebagai ventilasi untuk pertukaran udara di dalam ruangan. Menurut peraturan, setiap ruangan harus memiliki jendela sebagai lubang cahaya dan pertukaran udara dengan minimal luas lubang jendela tanpa rintangan adalah sepersepuluh dari luas lantai ruangan dan sepersepuluh bagian dapat terbuka, dengan bentuk jendela meluas ke arah atas sampai sekurang-kurangnya 195 cm dari lantai.

Jika dinding ruangan tidak memungkinkan di buat jendela, maka harus dibuat lubang cahaya pada langit-langit dan ventilasi buatan, atau dengan cara penerangan listrik (lampu) secara minimal tiap ruangan kerja memiliki nilai penerangan 50 lux dan 20 lux untuk gang dan lain-lain.

6. Langit-langit (ceiling)

Langit-langit merupakan pembatas tinggi ruangan, penutup kerangka atap bagian bawah, dan yang terpenting merupakan penyekat panas.

Dengan adanya langit-langit dibawah rangka atap, maka terbentuk rongga (ruang) tertutup di atas ruangan. Rongga di dalamnya itu merupakan isolator yang baik, jika bahan langit-langit dibuat dari bahan yang tidak meneruskan panas.

Bentuk langit-langit dapat dibuat datar sejajar dengan lantai atau miring sejajar dengan sudut miring rangka atap atau dengan variasi tinggi rendah. Bentuk langit-langit dapat mempengaruhi kesan dan bentuk ruangan, serta kemampuannya menyekat panas. Misalnya, langi-langit datar akan membentuk rongga atap yang lebih besar dari langit-langit miring, maka langit-langit datar dapat menyekat panas lebih baik.

Menurut peraturan tinggi langit-langit datar minimal 240 cm, terkecuali untuk :

  1. Langit-langit miring, dengan syarat minimal 1/2 dari luas ruang memiliki langit-langit setinggi 240 cm dan tinggi selebihnya dengan titik terendah minimal 175 cm.
  2. Langit-langit pada kamar mandi, ruanga cuci, dan WC yang boleh dibuat lebih rendah dengan minimal 210 cm.

7. Rangka atap (roof-frame)

Rangka atap adalah suatu bentuk konstruksi yang berfungsi sebagai penopang, penyangga, dan dasar landasan penutup atap. Rangka atap untuk rumah tinggal pada umumnya dibuat dari bahan kayu yang cukup kuat.

Bagian-bagian pokok rangka atap dengan menggunakan penutup atap genteng dan sejenisnya (atap konvensional) terdiri dari :

  1. Kuda-kuda
  2. Balok tembok
  3. Gording
  4. Nok (bubungan)
  5. Jure (hip atau valley)
  6. Usuk (kaso)
  7. Reng
  8. Papan suri
  9. Papan talang
  10. Lisplang
  11. Balok pincang
  12. Ikatan angin

Funsi-funsi bagian-bagian tersebut diatas adalah sebagai berikut :

1. Kuda-kuda

Kuda-kuda merupakan kerangka utama yang memikul hampir semua beban atap, karena diatas kuda-kuda terpasang bagian rangka atap yang lain. Selain memikul beban sendiri dan beban kerangka atap yang lain, kuda-kuda juga memikul beban yang tak tetap, seperti angin dan air hujan yang merupakan beban yang cukup besar. Oleh karena itu konstruksi kuda-kuda direncanakan untuk memikul seluruh beban, gaya, dan momen yang terjadi.

Letak kekuatan kuda-kuda bukan semata-mata ditentukan oleh besarnya balok kayu yang digunakan, akan tetapi juga tergantung pada bentuk dan struktur kuda-kuda itu sendiri. Pada prinsipnya kuda-kuda harus dapat membagi dan mengarahkan beban yang dipikul pada bagian yang telah ditentukan.

2. Balok tembok

Balok tembok merupakan gording yang terletak di atas dinding (tembok) luar. Balok tembok ini berfungsi sebagai landasan pemasangan kaso dan sebagai pengikat kaki kuda-kuda agar berada pada posisi yang tetap.

3. Nok (bubungan)

Balok nok terletak pada puncak kuda-kuda, berfungsi sebagai landasan pemasangan usuk, serta penghubung, dan pengikat antara satu kuda-kuda dengan kuda-kuda yang lain. Oleh karena balok nok berada pada puncak kuda-kuda yang merupakan pertemuan kedua penutup atap (genteng) dari kedua sisi atap, maka nok juga merupakan landasan penutup kedua sisi atap. Penutup pertemuan sisi atap itu berupa genteng nok yang berbentuk seperti huruf U atau V.

4. Gording

Gording merupakan suatu balok yang dipasang melintang pada sisi miring kuda-kuda, dan berfungsi untuk dasar peletakan kaso (usuk).

Jarak pemasangan gording pada sisi miring kuda-kuda maksimal 300 cm dari satu gording ke gording yang lain, sedangkan gording untuk atap asbes gelombang dipasang dengan jarak maksimal 120 cm, karena gording juga langsung berfungsi sebagai landasan pemasangan asbes gelombang.

5. Jure (hip atau valley)

Jure merupakan balok yang dipasang dengan posisi miring dari sudut dinding bangunan ke arah puncak kuda-kuda (nok). Jure luar (hip) dipasang pada sudut dinding yang berdiri bebas, sedangkan jure dalam (valley) dipasang pada sudut pertemuan dua bidang dinding bangunan, misalnya pada sudut pertemuan usuk dari kedua sisi miring atap dan landasan penutup pertemuan atap (genteng nok), sedangkan jure dalam (valley) berfungsi sebagai landasan papan talang, karena jure dalam (valley) berbentuk alur yang dapat menjadi parit untuk mengalirkan air hujan dari kedua sisi atap.

6. Usuk (kaso)

Usuk atau kaso berupa balok kayu dengan ukuran penampang yang kecil. Usuk dipasang melintang di atas gording dari nok sampai balok tembok (gording paling bawah), dan menjorok ke luar kurang lebih 100 cm sebagai teritis atap. Usuk merupakan landasan pemasangan reng yang terdapat di atasnya.

Jarak pemasangan usuk maksimal 50 cm, sedangkan untuk jenis genteng beton yang berat disesuaikan dengan berat genteng yang dipergunakan.

7. Reng

Reng merupakan ukuran kayu terkecil pada konstruksi rangka atap. Reng dipasang melintang di atas usuk sejajar dengan gording sebagai landasan pemasangan genteng.

Jarak pemasangan reng tergantung dari ukuran genteng yang akan digunakan, tetapi rata-rata antara 17 sampai dengan 20 cm.

8. Papan suri

Papan suri adalah papan yang dipasang tegak di atas balok nok dan di atas jure luar. Papan suri ini berfungsi sebagai gigi atau pegangan adukan perekat (semen pasir) yang digunakan untuk pemasangan genteng nok yang menutup pertemuan atap dari kedua sisi.

Pemasangan genteng nok itu harus dilakukan dengan teliti, sebab bagian ini sering menjadi sumber kebocoran pada atap rumah.

9. Papan talang

Papan talang adalah papan yang dipasang di atas kaso pada bagian bawah sisi miring atap dan pada jure dalam. Papan talang ini berfungsi sebagai landasan seng talang yang dipasang di atasnya.

Papan talang ini diperlukan agar seng talang cukup kuat menampung beban air hujan dan jika terinjak kaki orang, tidak rusak atau masuk ke dalam. Selain itu papan talang ini di buat agar seng talang mempunyai permukaan yang rata dan dapat di atur dengan kemiringan tertentu, sehingga air dapat mengalir dengan lancar.

10. Lisplang

Lisplang merupakan pengakhir (tepian) bidang atap. Selain berfungsi sebagai penutup konstruksi atap (talang, usuk dal lain-lain) juga dapat menjadi unsur dekorasi bangunan. Oleh karena itu lisplang dapat di buat dengan berbagai variasi bentuk dan ukuran, sehingga menimbulkan kesan yang menarik.

11. Balok pincang

Balok pincang adalah balok yang dipasang melintang di atas dua buah dinding sudut bangunan. Jika di lihat dari atas, kedua sisi dinding dan balok pincang itu berbentuk segi tiga. Balok pincang ini berfungsi sebagai landasan tiang pincang dan sebagai penunjang untuk memperkuat jure luar. Dengan demikian balok pincang dan tiang pincang ini merupakan kuda-kuda kecil yang berfungsi untuk meneruskan beban yang diterima jure luar.

12. Ikatan angin

Agar kuda-kuda dapat berfungsi dengan sempurna, maka kuda-kuda harus berdiri tegak lurus dan tepat pada posisinya. Mengingat kuda-kuda yang berbentuk segi tiga, maka dengan bentuk demikian kecil kemungkinannya kuda-kuda dapat miring atau condong ke salah satu sisi miring kuda-kuda. Akan tetapi kuda-kuda yang satu dengan kuda-kuda lain berdiri bebas dengan tumpuan yang kecil pada titik-titik tertentu. Oleh karena itu, agar kuda-kuda yang satu dan lainnya tetap berdiri tegak dan sejajar, perlu ada pengikat.

Pengikat itu menjaga posisi kuda-kuda agar tetap berdiri tegak dan sejajar ini adalah ikatan balok angin. Balok tersebut dipasang dengan posisi miring dari tiang tengah kuda-kuda (makelar) bagian atas tiang tengah kuda-kuda yang lain pada bagian bawah. Ada dua balok ikatan angin dari satu kuda-kuda dengan kuda-kuda yang lain yang dipasang berlawanan.

Referensi Buku

  • Dasar Perencanaan Rumah Tinggal by Tutu TW. Surowiyono